Recent Posts

free counters

Rabu, 01 Juni 2011

perempuan pilihan

Jangan pernah berharap bisa menyuruh seorang Asma Binti Abu Bakar untuk tenang berdiam diri di rumahnya, karena jiwa mulia itu akan senantiasa gelisah dengan permasalahan umat yang melingkupi agamanya. Bila engkau ingin menemui perempuan seperti itu, maka temuilah istri Ustman Bin Mazh’un, mukminah sejati yang setia menunggui kedatangan suaminya dengan penampilan tercantiknya pada hari itu. Sejarah mencatat kemuliaan keduanya tanpa mengurangi kelebihan satu sama lain.

Rumah versus luar rumah, domestik versus publik, ibu rumah tangga versus wanita karier. Semua itu hanyalah batasan yang di buat manusia. Muslimah da’iyah tidak mungkin sanggup mendikotomi satu peran atas peran lainnya. Mendikotomi berarti mendzalimi. Pendzaliman membuat manusia cenderung meremehkan sesuatu. Terjadinya”futur” peran pada diri seseorang berawal dari peremehannya pada satu peran tertentu.

Perempuan-perempuan pilihan yang pernah tercatat dalam tinta emas sejarah Islam adalah perempuan-perempuan berkarakter kuat. Mereka memiliki kemauan, tujuan dan tekad untuk mewujudkan keduanya. Mereka mengenal potensi diri dan tahu kemana potensi itu mesti dialirkan. Visi hidup mereka tidak terhalangi oleh tembok rumah dan tidak terkecoh oleh hingar bingar duniawi. Fitrah mereka terlantun lembut melalui pelayanan penuh kasih sayang untuk suami dan anak-anak mereka. Nalurinya akan menjerit manakala ada ketertindasan mengoyak di depan matanya. Jiwanya akan terpanggil ketika tangannya merasa sanggup melakukan sesuatu. Mereka sangat memahami setiap gerak jiwa dan hasratnya.

Perempuan-perempuan pilihan adalah mereka yang memahami satu hikmah yang mengatakan ”Al-Ummu Madrasah”, seorang ibu adalah sekolah bagi anak-anaknya. Dengannya Asma Binti Abu Bakar memupus mental pengecut dalam jiwa sang anak, Abdullah bin Zubair. Pemaknaan yang sama baiknya ketika mereka memahami satu ayat yang menyatakan”istrimu adalah ladang bagimu”. “Ladang”nya perempuan pilihan adalah ladang yang produktif sekaligus selektif, subur sekaligus cerdas. Ia akan menerima benih unggul namun ia akan menolak setiap racun yang terkandung di dalamnya. Sama baiknya pula, pemahaman mereka pada satu pepatah “perempuan adalah separoh masyarakat”. Pemahaman ini akan menggerakkan segenap pikiran dan tangannya demi perbaikan peradaban bangsa dan agamanya.

Perempuan pilihan memang tidak selalu dikenang dengan nama besarnya. Ada banyak perempuan pilihan yang namanya justru luput dari memori manusia. Semua karena keterpilihan itu bukanlah satu hal yang mereka upayakan keberadaannya. Mereka tidak mempedulikan semua itu. Di kedalaman hatinya yang tak terukur, ia melihat adanya celah perbaikan yang mampu ditegakkan. Di tengah universum ini, mereka berkembang unik.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More